Selasa, 26 April 2011

Media Literacy ?

Posted by blueQuw On 21.40 No comments

Sebagai mahasiswa di Jurusan Ilmu Komunikasi pastilah tidak asing lagi dengan Teori Jarum Suntik (Hypodermic needle theory). Teori yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm ini menjelaskan pengaruh media massa yang sangat dasyat dalam menerpa khalayak. Media dianggap mampu mengubah sikap, perilaku dan perbuatan seseorang, yang berarti pengaruh media dapat menerpa hingga ranah konatif atau psikomotorik dari khalayak.
Sebenarnya, secara konsep ideal terdapat tiga fungsi utama dari media, yakni to inform, to educat, dan to entertain. Namun hal tersebut belum mampu menjamin konten media massa dapat bersifat positif. Media massa khususnya televisi belum mampu menyaring tayangan maupun informasi yang layak dan tidak layak diberikan kepada masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja
Pengaruh media yang kuat perlu diimbangi dengan kemampuan analisis media yang baik dari masyarakat. Latar belakang itulah yang kemudian melahirkan suatu gerakan melek media atau yang lebih dikenal dengan istilah media literacy. Beberapa tokoh memiliki rumusan mengenai pengertian media literacy. Seperti : James Potter dalam bukunya yang berjudul “Media Literacy” (Potter, 2001) mengatakan bahwa media literacy adalah sebuah perspektif yang digunakan secara aktif ketika individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaian oleh media. Kemudian Jane Tallim menyatakan bahwa media literacy adalah kemampuan untuk menganalisis pesan media yang menerpanya, baik yang bersifat informatif maupun yang menghibur.
Terdapat dua pandangan dari Art Silverblatt dan James Potter terkait dengan makna media literacy(Potter, 2001). Silverblatt menyatakan bahwa media literacy memiliki lima elemen yaitu:
1. Sebuah kesadaran akan dampak media terhadap individu dan masyarakat
2. sebuah pemahaman akan proses komunikasi massa
3. pengembangan strategi-strategi yang digunakan untuk menganalisis dan membahas pesan-pesan media.
4. Sebuah kesadaran aka nisi media sebagai ‘teks’ yang memberikan wawasan dan pengetahuan ke dalam budaya kontemporer manusia dan diri manusia sendiri.
5. Peningkatan kesenangan, pemahaman dan apresiasi terhadap isi media.
Kemudian pandangan dari Potter (Baran and Davis,2003) memberikan pendekatan yang agak berbeda dari pandangan sebelumnya mengenai media literacy, yakni :
1. Sebuah rangkaian kesatuan, yang bukan merupakan kondisi kategorikal
2. Media literacy perlu dikembangkan dengan melihat tingkat kedewasaan seseorang
3. Media literacy bersifat multidimensi, yaitu domain kognitif yang mengacu pada proses mental dan proses berfikir, domain emosi yaitu dimensi perasaan, domain estetis yang mengacu pada kemampuan untuk menikmati, memahami dan mengapresiasi isi media dari sudut pandang artistic, dan domain moral yang mengacu pada kemampuan untuk menangkap nilai-nilai yang mendasari sebuah pesan.
4. Tujuan dari media literacy adalah untuk member kita control yang lebih untuk menginterpretasi pesan.
Saat ini perkembangan teknologi melaju sangat cepat dan berpengaruh pula terhadap kemajuan media massa. Boleh dibilang kita telah berada di abad media, kapan pun dan dimana pun kita dengan mudah mengakses media. Media dapat menjadi teman yang mampu memanjakan segala kebutuhan kita dan dapat pula menjadi musuh yang dengan mudah menghancurkan moral kita.
Media literacy dapat menjadi tameng menghadapi derasnya pengaruh media massa.
Kemampun untuk mengakses kemudian menganalisis hingga meng–create sebuah media sendiri adalah bagian dari proses media literacy yang mesti dimiliki tiap individu.

0 komentar:

Posting Komentar