Kamis, 14 April 2011

Diskusi Santai di Kantor KOMPAS

Posted by blueQuw On 18.25 No comments

Langit yang mendung dan guyuran hujan terus menghiasi Kota Makassar sejak siang hingga sore hari ini. Isyarat lampu lalu lintas yang tak diperhatikan oleh pengendara menyebabkan kemacetan sepanjang 1km, dari perempatan Jalan Toddopuli hingga Jalan Borong. Alhasil laju mobil Mitshubisi Kuda yang membawaku sempat terhenti selama dua puluh menit. Keadaan nampak tak bersahabat lagi, namun tidak mengurungkan niatku untuk menghadiri diskusi santai bersama Nasrullah Nara di Kantor Kompas.
Tepat pukul 16:00 wita saya tiba di sebuah kantor yang sekilas seperti rumah. Papan yang bertuliskan “KOMPAS” di depan kantor ini mampu memberikan identitas dan pembeda dari deretan bangunan yang ada di sepanjang Jalan Pengayoman. Kantor Kompas nampak luas dengan dinding yang berwarna putih dan ditopang oleh dua buah tiang besar berwarna abu-abu.
“ dari mana dek’ ? ” tanya seorang satpam dengan ramah “ saya dari Unhas, mau ikut diskusi bersama bang Nara ” jawabku dengan singkat. Satpam tersebut kemudian mempersilahkan saya naik ke lantai dua. Di lantai dua terdapat tiga ruangan, langkah kakiku kemudian menuju keruangan yang pintux terbuka. Senyum tipis dari teman-teman Ilmu Komunikasi dan bang nara menyambut saya ketika masuk kedalam ruangan.
Ruangan yang berukuran 10X5M ini nampak terang benderang oleh delapan buah lampu neon. Sisi kanan dinding ruangan terpajang empat lembar Koran Kompas di tahun 1965 yang di bingkai dengan frame berwarna hitam. Kursi, meja, papan tulis, hingga LCD menjadikan ruangan ini terasa sangat lengkap digunakan sebagai tempat diskusi.
“ saya ingin membuka daya kritis kalian tentang system pembelajan di kampus ” ungkap bang Nara mengawali diskusi. Beliau kemudian menceritakan mengenai pengalamannya semasa kuliah yang lebih banyak menggali ilmu diluar kampus. kemampuan menghapalnya yang kurang membuat ia lebih senang pada hal-hal yang praktis ketimbang teoritis.
Diskusi kemudian berlanjut dengan pembedaan antara straight news dan features news. Bang Nara menampilkan sebuah berita dari kompas edisi rabu 15 oktober 1997 mengenai kepala Patung Garuda Wisnu Kencana yang terbakar di bandung. Berita yang tergolong straight news ini ditampilkan kedepan papan tulis dengan menggunakan sebuah LCD. Pembedahan berita di awali dengan penentuan lead dan unsur-unsur 5W+1H. Canda, tawa dan antusias dari teman-teman membuat diskusi semakin menarik.
Sebuah berita berjudul layar tak (lagi) berkembang yang ditulis sendiri oleh bang Nara menjadi perwakilan dari contoh features news. Gaya bahasanya yang sastrawi membuat kami terlena untuk membacanya hingga akhir. Bang Nara berpesan agar kami belajar dari hal-hal yang sederhana dalam pembuatan features news, agar kita dengan mudah mengalir dalam bercerita.
Diskusi terasa lebih serius ketika sampai pada pembahasan infotainment yang telah merampas ruang-ruang privacy para selebritis. “ infotainment bukanlah seorang wartawan, wartawan adalah orang-orang yang mengedepankan substansi dan esensi bukan nilai bombastis dan sensasi ” ujarnya bang Nara sambil memperlihatkan contoh kasus Luna Maya yang dituntut oleh pihak infotainment.
“ berarti infotainment tidak berhak mendapat penghargaan dari Panasonic Award ? “ Tanya Ahmad dengan santai. “ hal tersebut wajar-wajar saja, ketika penghargaan diberikan oleh sesama orang-orang yang tersesat “ jawab bang Nara dengan tersenyum. Spontan saja ruangan diskusi berubah menjadi riuh gemuruh oleh suara tertawa dari teman-teman.
Santai, menyenangkan dan bermakna menghiasi diskusi kami dengan bang nara hingga malam hari. Ucapan saling berterima kasih menutup diskusi ini. saya melangkah keluar bersama teman-teman sambil merancang kata-kata yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan tugas final dasar-dasar jurnalistik.

0 komentar:

Posting Komentar